Ada Cokelat Dibibirmu 3


Lost in love
Sudah sebulan sejak pertemuan terakhir di ice skating, Ina nggak pernah ketemu lagi sama Kevin. Mau telepon, Ina nggak enak, bingung cari alasannya. So? Ina bener-bener lost in love! Tapi, dia nggak bisa berbuat banyak. Dia cuma bisa mandangin kenangan yang telah terukir indah di hatinya.
“Udah, cowok kayak Kevin mah nggak usah diseriusin. Pacarnya banyak, yang ada lu bakal sakit hati doang,” Nurlela ngasih masukan.
“Iya, kayak Mamaku. Stress, nyaris gila, gara-gara Papa ketauan punya pacar. Makanya nyari pasangan ‘teh harus hati-hati, yang setia, dan jujur, jangan liat tampang doang,” Maya ngasih pendapat. Ini memang pengalamannya. Kemaren-kemaren waktu Maya sempat tersita gara-gara Mamanya lagi stress, pas tahu suaminya pacaran lagi. Makanya Maya jadi sering telat ke sekolah, lantaran setiap malam harus nemenin dan menenangkan Mamanya yang selalu nangis dan teriak-teriak histeris, kalau menjelang tengah malam.
“Ya, untung aja Papanya Maya bisa menyadari kekhilafannya, sehingga mereka nggak jadi cerai. Kalo nggak? Apa nggak tambah stress tuh nyokapnya Maya?” Astrid juga ikut nimpali.
“Iya, iya. Lagian ngapain juga lu pada ribut. Orang gue nggak pacaran, kok, sama Kevin,” Ina angkat bicara.
“Pacaran emang nggak, tapi jatuh cinta, iya kali, ye,” ceplos Nurlela.
“Kalo jatuh cinta ‘teh hak setiap orang ‘kan?” Maya coba membela.
“Iya, asal jangan jatuh cinta sama orang yang salah. Apalagi cowok kayak Kevin, playboy!” Astrid ngingetin sekali lagi.
“Udah, ah! Kalian ngomongin apaan, sih? Ngomong yang enak-enak aja, ah. Masa di hari ultah gue, kalian tega bikin gue bete,”  Ina berusaha membuat suasana nggak tegang.
“Bukan gitu. Mumpung lu lagi sweet seventeen, nggak ada salahnya ‘kan, kita-kita sebagai sahabat ngingetin. Biar lu mendapatkan cinta sejati en  kebahagiaan,” ujar Astrid.
“Iya, iya, makasih,” jawab Ina.
“Nah, sekarang kita nyanyi lagu happy birthday,” Nurlela memberi komando, yang langsung diikuti sahabat-sahabatnya.
 Ina berdiri menghadap kue tart yang di atasnya tertancap lilin bernomor 17. Sengaja tahun ini, Ina merayakan hari ulang tahunnya dengan penuh kesederhanaan. Dia ingin memaknai usianya yang mulai tujuh belas ini dengan introspeksi, dan semangat baru. Untuk menjadi lebih dewasa dan bijak dalam menyikapi hidup ini.
Terus terang, meskipun usia Ina sudah tujuh belas, dia belum pernah pacaran. Ina termasuk cewek yang susah jatuh cinta. Tapi dengan Kevin? Cowok berpredikat artis itu, sudah memberi warna lain dalam hidupnya. Yah, kekaguman itu membuahkan cinta yang tak berujung.
“Tiup lilinnya.. tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga… sekarang juga…”
Ina memejamkan mata, make a wish. Tanpa dikomando, tiba-tiba muncul wajah Kevin dalam pikirannya. Ina berusaha mengusir, dan membuangnya jauh-jauh. Tapi justru nggak bisa. Semakin Ina berusaha menghindar, justru senyum manis Kevin semakin menggoda.
“Kalo memang dia yang terbaik untukku, berilah jalan agar aku bisa selalu bersamanya. Tapi kalo dia bukan yang terbaik untukku, jauhkanlah dia dari hatiku, ya Allah,” pinta Ina dalam hati. Kemudian…. Hup! Ina meniup lilin bernomor 17, yang langsung disambut tepuk tangan dan cipika-cipiki dari sahabat-sahabatnya, serta ucapan selamat.
Ina berusaha tersenyum ceria, meskipun nggak bisa dibohongin, kalau hatinya terasa sepi.   
 
*****
Dream come  true
Ina baru aja pulang dari acara ultah bareng genknya. Dia buru-buru membuka facebook di laptopnya. Wow! Sudah banyak ucapan happy birthday di walls-nya. Ina membaca satu persatu. Ada yang kocak, ada juga yang serius, tapi yang pasti semuanya penuh doa. Duh, senengnya.
Seneng? Bukannya Ina lagi kesepian gara-gara cinta butanya. Beneran! Ina senang banget, karena salah seorang yang mengucapkan happy birthday adalah  Kevin!
Ternyata setelah 3 hari nggak buka facebook, banyak juga perkembangan baru, di antaranya ‘sekarang Ina dan Kevin berteman’. Yapz! Sudah sebulan Ina nge-add Kevin, tapi baru sekarang di-konfirmasi.
Ina langsung mengirim pesan via inbox-nya Kevin. “Hai, Kev. Thx ya, ucapannya. Pa kbr?” ketik Ina, kemudian dia meng-klik ‘send ‘.
“Hai, In. I’m fine. Wah, Ultah kok gak ngundang-ngundang. Kapan nih makan-makannya?” Ina membaca balasan pesan yang dikirim Kevin.
“Hah? Dia ngajak makan-makan?!” Ina teriak kegirangan di kamarnya, seakan nggak percaya, kalo cowok yang selama ini diimpikannya ngajak makan-makan. Kalo jadi kenyataan, benar-benar dream come true nih.
“Kamunya sibuk terus sih, jadi susah deh makan-makannya.” Balas Ina.
“Malam ini bisa? Kebetulan aku baru break shooting.”
Hah? Malam ini? Duh,gimana alasannya ke Mama, ya? Mana boleh keluar malam. Tapi boleh dicoba, ah. ‘Kan baru jam 19.30.
“Boleh. Ketemuan di mana?” kirim Ina. Nekad.
“Di Starbuck Sarinah, gimana?”
“Iya, satu jam lagi, ya? C u.”
“C U.” Kevin mengakhiri pesannya.
Nah lu! Sekarang giliran Ina yang kerja keras nyari akal, agar bisa keluar rumah. Untungnya masih suasana ultah, jadi Ina bisa alasan, meskipun alasannya mau nemenin Maya dan Mamanya.
Yes! Sukses! Mama nggak keberatan, asalkan jangan nginep. Okey, Mam…

*****
 Yippie… My birthday is my firstdate!
Ina duduk sambil meletakan segelas hot chocolate di meja. Matanya menyapu ke sekeliling ruang starbuck, mencari-cari sosok Kevin. Tapi nggak ketemu.
Ina mulai gelisah. Dia melirik jam di tangannya, sudah lima belas menit dia menunggu kedatangan Kevin. Duh, jangan bilang kalo lu cuma mau ngerjain gue. Lu nggak datang, dan puasssss….. karena berhasil nyakitin perasaan gue, Ina terus membatin.
Untuk mengendalikan perasaannya, Ina meneguk hot chocolate-nya. Belum sempat minuman itu masuk ke tenggorokannya, tiba-tiba dari belakang sebelah kanannya, muncul hand bucket bunga warna merah. Ina kaget banget. Nggak ayal lagi, chocolate yang ada di mulutnya, langsung menyembur keluar, muncrat! How stupid Ina…
“Duh, maaf ya….,” Ina malu banget, lantaran mejanya jadi kotor karena terkena semburan air chocolate. Ina juga buru-buru mengambil tissue dan membersihkan mulutnya dari bercak-bercak hot chocolate.
“Nggak apa-apa, aku yang salah. Ngagetin kamu, ya?” Kevin duduk di samping Ina. “Happy birthday, ya. Moga sweet seventeen kamu, jadi semakin berarti. Apa yang kamu impikan selama ini bisa jadi kenyataan,ucap Kevin seraya memberikan kotak kecil pada Ina.
“Makasih, ya. Kamu baik banget, sih,” Ina terharu.
“Sorry, aku cuma bisa ngasih itu. Aku bingung mau ngasih apa. Semoga kamu suka.”
“Suka kok, suka banget. Sebenarnya kamu mau menyempatkan waktu ketemuan sama aku aja, udah merupakan kado terindah. Apalagi kamu ngasih hadiah kayak gini, benar-benar surprise. Sekali lagi makasih ya…”
“Jangan dibuka di sini ya, nggak enak, banyak orang,” Kevin mengingatkan, ketika Ina hampir saja membuka kotak kecil hadiah dari Kevin.
“Lho? Emangnya kenapa? Cuek aja, kali.”
“Jangan! Di rumah aja, ya,” pinta Kevin.
Ina menuruti permintaan Kevin. Dia memasukkan kotak kecil itu ke dalam tasnya.
Meskipun pertemuannya hanya dua jam, tapi bagi Ina sangat sangat berkesan. First date yang membahagiakan. Dari pertemuan itulah Ina semakin  tahu kalo Kevin lagi jomblo.
“Udah 5 bulan,” kata Kevin. “Kalo kamu?”
“Aku belum pernah pacaran,” jawab Ina polos.
“Masa sih?” Kevin nggak percaya.
“Beneran!” Ina mengangkat jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya, hingga membentuk huruf ‘V’. “Tanya aja ama teman-temanku. Hmm, maksudku kalo nanti kamu ketemuan dengan teman-teman aku, kamu bisa tanyain sama mereka.”
“Aku percaya,” jawab Kevin sambil tersenyum penuh arti.
“Ihh… senyumnya kok gitu, sih?”
“Nggak apa-apa. Seneng aja kenal kamu.”
Oya? Mudah-mudahan kata-kata Kevin tulus dari dalam hatinya, bukan rayuan gombal yang biasa digunakan para playboy cap kucing (lho kok kucing sih? Bukannya lambang playboy adalah kelinci? Wakakak, tapi seru juga sih, kalo kepala kelincinya diganti kepala kucing. Apalagi kalo kepalanya diganti kepala ikan tongkol, wakakak…bikin dongkol), bisik hati Ina.
Apa pun tujuan Kevin ketemuan malam ini, bagi Ina first date-nya bareng Kevin merupakan sejarah tersendiri dalam hidupnya. Apalagi dating-nya pas di hari ulang tahunnya. Semakin menambah koleksi kenangan indah dalam hati Ina.

*****

Wah… Kalung dari siapa, tuh?

Ina baru saja menyelesaikan latihan renang gaya kupu-kupu 100 meter. Ina bersandar di pinggir kolam. Astrid, Maya, dan Nurlela yang baru saja finish, mendekati Ina..
“Wah…Kalung baru, ya?” tanya Astrid.
“Pasti hadiah ulang tahun,” Maya menimpali.
“Kalung dari siapa, tuh?”  Nurlela penasaran. “Coba liat?” Nurlela memegang liontin pada kalung yang melingkar di leher Ina.
“Ih… apa-apaan, sih? Itu hadiah tau,” Ina berusaha menghindar.
“Iya, gue tau. Tapi dari siapa, Ntang?” Astrid makin penasaran.
“Wow! Liontinnya ada initialnya, ‘K’,” teriak Nurlela.
“K, berarti… Kita! Yah, pasti dari kita-kita,” ujar Maya seenaknya.
“Kita? Lu aja kali! Emangnya kita sempat patungan ngebeliin si Kentang kalung, gitu?” Astrid mengkritik.
“Jangan-jangan dari Kevin, ya?” Tanya Nurlela. “Kapan lu ketemuan, Ntang?”
Ina jadi salah tingkah. Jelas, dia nggak mungkin bisa ngehindar dari sahabat-sahabatnya itu. Akhirnya Ina jujur, dan menceritakan semua kejadian di first dating-nya dengan Kevin.
“Berarti lu udah jadian dong sama dia?” Astrid memastikan.
“Ya, nggak juga, sih. Gue nggak ngerti apa arti semuanya ini. Yang pasti dia cuma memberikan hadiah di hari ultah gue. Terserah kalian mau ngartiin apa, kek,” jawab Ina.
“Ya, nggak gitu. Gue rasa kita-kita nggak masalah kalo emang lu mau pacaran sama Kevin. Cuma kita ngingetin aja, agar lu nantinya nggak kecewa berat,” kata Astrid.
“Pacaran dengan cowok playboy macam dia, harus siap mental untuk sakit hati. Jadi kalo akhirnya lu cuma dimainin doang, ya, lu nggak broken heart banget,” Nurlela mengingatkan.
“Iya, iya, makasih atas perhatian kalian. Gue akan inget selalu, kok,” jawab Ina.
“Tapi ulah mundur atuh. ‘Kan aya pepatah, kalo cinta sudah melekat, makan nasi sama garam pun terasa nikmat,” ujar Maya.
“Ada-ada aja lu, Nenk. Tapi lu tenang aja, Ntang. Kalo sampe Kevin nyakitin hati lu, biar gue yang turun tangan. Gue bakal bikin perhitungan sama tuh artis,” Nurlela pasang aksi sok heroik.
“Wah, tumben lu ngebelain si Kentang,” ujar Astrid.
“Yah, biar bagaimana, Si Kentang tetap soulmate kita. Jadi suka dukanya dia, ya, tetap suka dukanya kita juga.
“Makasih, ya… Kalian memang sahabat-sahabat sejati gue.”
to be continue

*****

Related

cerpen bergambar 2645524707737774364

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item