Ada Cokelat Dibibirmu 5


Olah Strategi
            “Wah, ini nggak bisa dibiarin. Gue ngeliat sendiri di lokasi shooting, emang Kevin selalu dekat sama Sarah. Nih, lu liat foto-foto yang gue ambil secara candid, waktu mereka break makan.“ Nurlela ngasih hasil jepretan kameranya pada Ina.
            Ina nggak tahu lagi, gimana harus bersikap. Foto-foto itu memang menggambarkan keakraban mereka. Apalagi saat Kevin menyuapi Sarah, terus terang hati Ina cemburu. Tapi Ina coba nutupinnya.
            “Mungkin mereka lagi bercanda,” kata Ina, dengan nada getir.
            “Becanda apaan? Masa suap-suapan, becanda. Jelas mereka ada apa-apanya. Gue, sih, yakin banget kalo mereka pacaran,” ujar Nurlela mantap.
            “Oke, gini aja. Gimana kalo lu pergokin langsung aja ke lokasinya besok?” Astrid ngasih usul.
            “Nggak bisa, trid. Besok mereka berangkat shooting ke gunung Bromo,” Ina memberitahu. “Katanya shooting selama tiga hari di sana.”
            “Wah, Kalau begitu, bagaimana kalau kita ke Bromo aja, sekalian ngerayain valentine, mumpung tanggal 14 hari minggu, ‘kan bisa libur” usul Maya spontan.
            “Ngerayain valentine? Eh, Onenk! Valentine tuh hari kasih sayang. Emangnya kita mau sayang-sayangan ama siapa? Secara, kita-kita ‘kan jomblo mania,” ujar Nurlela.
            “Yeehhh, kasih sayang ‘teh gak cuma sama pacar atuh. Sama sahabat juga gak apa-apa ‘kan?” Onenk ngasih argument.
            “Bener juga, sih. Gue pikir ide si Onenk bagus juga. Gue mau buktiin sama kalian apakah Kevin benar-benar sayang sama gue, atau cuma mau mainin gue doang,” ujar Ina semangat.
            Ketiga sahabat Ina langsung merapat, mereka jadi antusias mendengarkan rencana Ina.
            “Gue mau bikin surprise di hari valentine ini buat Kevin. Sekalian pembuktian. Gue bakal nantang dia, kalo bener-bener dia cinta sama gue, dia harus nemuin gue di hari valentine, tepat saat matahari terbit, di penanjakan gunung Bromo. Kalo dia gak datang, berarti dia memang playboy, yang maunya cuma cari untung, dan mau nyakitin hati gue,” ujar Ina berapi-api.
            “Setuju!!!” jawab sahabat-sahabatnya, serentak. penuh antusias.

*****
Bromo…. I’m in love
          Ina and the gang baru saja selesai menaiki tanjakan gunung Bromo. Di atas gunung yang masih tercium menyengat bau belerangnya itu sudah banyak pengunjung, bukan hanya orang Indonesia, tapi banyak juga wisatawan asing.
            Nurlela menggelar tikar yang dijadikan alas untuk mereka duduk.
            Ina mengeluarkan cokelat berbentuk hati ukuran sedang, kemudian menaruhnya di tikar, dengan alas sebuah tempat yang terbuat dari kayu sebesar laptop.
            Astrid cuma bisa menggigil kedinginan. Sedangkan Maya mengeluarkan hand bucket  bunga dari dalam tas ranselnya.
            “Gue udah sms Kevin, supaya dia nemuin gue saat matahari terbit di sini. Kalo dia datang, gue akan memberikan cokelat berbentuk hati ini dan hand bucket untuk dia. Tapi kalo dia nggak datang, gue akan makan cokelat ini sendirian, dan bunganya gue buang ke kawah gunung Bromo,” Ina menjelaskan.
             “Okey, kita liat aja apakah Kevin serius atau cuma main-main doang sama Ina,”  Nurlela antusias.
            Nyatanya?! Cahaya matahari sudah bukan melirik manja lagi, tapi sudah sepenuhnya keluar dari balik gunung. Cahayanya yang kemerahan membuat indah pemandangan di sekitar gunung yang penuh dengan lautan pasir itu.
            Ina berdiri sambil bersandar pada pembatas kayu. Dia mencari-cari sosok Kevin, di antara ramainya pengunjung. Matahari semakin meninggi, Kevin belum juga datang. Akhirnya Ina mencoba menelpon Kevin, mailbox!
Buzz! Ina langsung shock. Dia berusaha meyakinkan kalo semuanya sudah berjalan sesuai rencana. Nurlela juga sudah ngecek keberadaan Kevin shooting di Bromo. Tapi? Dari sejak Ina menginjakkan kaki di Bromo, dia nggak melihat ada tanda-tanda orang shooting sinetron. Kalo cuma shooting dengan handycam, mah, banyak.
“Beneran, gue semalam sempat berkomunikasi dengan unitnya, ngeyakinin kalo Kevin memang shooting di Bromo. Tapi kenapa dari tadi gue telpon lagi, kok, dia nggak angkat, ya?” Nurlela menjelaskan.
            “Coba pake hp gue, mungkin nomor lu udah di black list, kali,” ujar Astrid.
            “Sama ‘kan, nggak diangkat juga?” ujar Nurlela setelah Astrid juga gagal menghubungi.
            Ina semakin pesimis. Keyakinannya semakin menipis. Apalagi matahari sudah semakin meninggi dan cahayanya sudah nggak malu-malu lagi menerpa wajah Ina.
            Ina duduk di tikar, menghadap cokelat yang seharusnya untuk Kevin.
            Astrid yang memang dari tadi duduk sambil menggigil kedinginan mendekati Ina. Nurlela juga, dia duduk dengan lemas. Semua sudah putus asa.
Maya membuka tas, dan mengambil sebilah pisau kecil untuk memotong cokelat hati.
            “Kevinnya nggak datang, ya? Ya udah atuh, mendingan kita makan bersama, sebagai  lambang persahabatan kita,” usul Maya.
            Ina menelan air liurnya, kemudian menarik nafas. “Nggak, Nenk. Sesuai janji gue, kalo Kevin nggak datang, cokelat ini harus gue makan sendiri.” Kemudian Ina mengambil cokelat itu, lalu memakannya.
            Sahabat-sahabatnya memandangi Ina dengan iba.
            “Makasih, ya, kalian sudah mau merepotkan diri nemenin gue untuk ngebuktiin bahwa Kevin memang bukan cowok baik-baik,” ucap Ina sambil mengunyah cokelat dengan rasa hati yang perih! 
            “Tapi lu nggak usah sedih gitu dong, Ntang…. Lu harusnya bersyukur, kalo lu keburu tau belangnya Kevin,” Astrid memeluk Ina.
            “Iya, Ntang. ‘Kan masih ada kita-kita, lu nggak bakal kesepian, deh,” bujuk Nurlela.
            “Kok, lu nangis terus, sih, Ntang? Ulah atuh, saya jadi ikut sedih,” Maya meneteskan air mata, setelah dilihatnya Ina makan cokelat sambil berlinangan air mata.
            “Nggak apa-apa, meskipun dia ngejahatin gue, tapi gue tetap bahagia kok, karena gue pernah merasakan jatuh cinta. Gue jadi tau yang namanya kangen, gue bisa ngerasa bahagia, gue juga bisa ngerasain yang namanya sakit hati,” ucap Ina sambil terus memakan cokelat, sebagai pelampiasan rasa kecewanya.
            Astrid, Nurlela, dan Maya terharu. Mereka lalu berpelukan, sambil terus memberikan semangat pada sahabatnya itu. Mereka nggak mau kalau Ina sampai broken heart banget.
            “Maafin aku ya…. Aku telat.” tiba-tiba suara yang nggak asing lagi di telinga Ina memecahkan suasana.
            Ina, Astrid, Nurlela, dan Maya melepaskan pelukannya. Ina nyaris nggak percaya melihat Kevin berdiri di dekatnya sambil membawa seikat bunga eidelweis, bunga abadi.
            “Kevin?” ucap Ina lirih. Dia nggak menyadari bibirnya belepotan dengan cokelat.  Ina berdiri, sambil memegang cokelat yang baru sebagian dimakannya.          
Kevin menatap Ina dengan penuh cinta, lalu membersihkan cokelat yang menempel di sekitar bibir gadis itu. “Maafin aku, ya. Hpku lowbat. Dan aku baru kelar shooting di penanjakan tiga. Pas sampai hotel, aku langsung charge. Jadi aku baru tau kalo kamu ada di sini,” Kevin menjelaskan.
            Ina memegang tangan Kevin yang masih membersihkan cokelat di bibirnya. Kemudian Ina menurunkannya dan dia membiarkan cokelat di bibirnya tetap menempel.
            “Yang kamu perlu tau, aku sayang banget sama kamu. Jangan mudah kemakan berita yang nggak bener, yah, sayang…” ucap Kevin lembut, sambil membelai rambut Ina. “Jangan ragu untuk mencari kebenaran dari mulutku sendiri, “ lanjut Kevin, perlahan namun pasti.
            Sudut mata Ina digenangi air mata. “Aku sayang kamu, Kev. Jangan pernah khianatin cinta aku, ya,”  Ina memeluk Kevin.
            “Pasti, sayang. Aku nggak mungkin terperosok dalam kesalahan yang sama. Dulu memang aku pernah mengkhianati cinta mantanku, yang berakhir dengan kematiannya. Aku nyesel banget. Sejak itu aku bersumpah untuk menghargai cinta. Aku nggak mau menyakiti lagi hati wanita yang mencintai aku.  I wanna love you forever..” Kevin mempererat pelukannya.
            Ina benar-benar bahagia, akhirnya semua terjawab sudah. Bromo… I’m in love. Kevin, aku percaya kok sama kamu. Cinta itu memang indah kalo kita bisa menjaga dan merawatnya. Dan cinta akan membawa petaka kalo kita mulai mengkhianatinya. Aku percaya banget, kalo kamu akan pegang janji kamu. Dan kamu akan setia dengan aku. Cokelat di bibirku sebagai saksi janji-janjimu, I wanna love you forever.
 
The End


Related

cerpen bergambar 1604877975290442014

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item