KISAH CINTAKU (Selingkuh Itu Indah?) bag 1
http://cerpensugoy.blogspot.com/2013/06/kisah-cintaku-selingkuh-itu-indah-bag-1.html
ALVARO
Sudah lebih dari 2 bulan aku nggak buka facebook. Kesibukan shooting
membuatku nggak sempat lagi membuka social
media yang sangat digemari itu.
Tapi nggak tau kenapa, pas break shooting malam ini, aku menyempatkan diri membuka facebook, dan ternyata banyak banget
yang kirim pesan di inbox.
Aku buka isi pesannya satu persatu, dan pesan yang satu ini
bikin aku happy, "Al, dikonfirm
ya...aku Amel.. semoga masih inget."
Pesan singkat yang terkesan umum dan mungkin terkesan biasa
bagi orang lain. Tapi bagi aku pesan itu sangat exciting. Aku benar-benar kaget dan happy karena aku bisa ketemu lagi dengan wanita yang 12 tahun lalu
pernah mengisi kisah cintaku.
Aku langsung membalas pesan itu, "aku udah konfirm
ya.... Akhirnya bisa ketemu lagi, walaupun cuma lewat facebook." Klik, terkirim!
Amel teman kampusku. Selain kuliah aku juga merintis karir
di dunia acting sebagai pemain. Waktu
itu jaman jahiliyah (maksudku jaman kesuramanku). Aku labil, Pulang shooting selalu aku habiskan waktu untuk
dugem. Aku memanjakan diriku dengan narkoba.
Aku pernah masuk kelas dalam kondisi "basi" karena
abis minum pil inex. Badanku panas
dingin dan gigi gemeretak. Dosenku mengira aku sakit. Akhirnya aku pamit, ijin nggak
ikut perkuliahannya.
Kalo udah kayak gitu Amel yang selalu setia menemaniku. Dia
yang menyetir mobil dan membawaku ke kostnya. Dia khawatir kalo aku nyetir
sendiri bisa kecelakaan.
Di kost, Amel berusaha merawatku agar segera pulih. Meskpun
masih dalam pengaruh inex, tapi aku
bisa merasakan cinta dan kasih sayangnya. Sorot matanya meneduhkan jiwaku.
Perlakuannya padaku membuatku nyaman.
"Akhhh....," aku menarik nafas, "kenangan
indah 12 tahun lalu," gumamku. sekarang gmana kabarnya ya?
***
Ketemuan
Lagi
"Hayoo, kok malah bengong?!" Amel membuyarkan
lamunanku.
Aku coba tersenyum. Setelah hampir sebulan hanya berkomunikasi
lewat BBM dan telepon, akhirnya
Sore ini aku dan Amel ketemu lagi.
Terasa kaku dan kayak ABG. Ihhh, kok jadi gerogi gini ya?
"Kamu bengongin apa hayooo?" Amel kembali membuka
kebuntuan.
"Lagi keinget masa-masa kuliah," jawabku.
Amel mengumbar senyumnya.
"Kok kamu tega ya ninggalin aku dan merit ama cowok
lain?" akhirnya aku mengungkapkan perasaanku.
"Idiiihhh, kamu yang jahat! satu semester kita berbagi
kasih, tapi ga pernah ada komitmen kalo kita pacaran. You never say 'Love'. "
Amel berjalan ke pinggir danau.
"Dulu aku berharap banget sama kamu, Al. Aku curahin
semua cinta dan kasih sayangku. Tapi kamu nggak pernah ngerasakan?" Amel
berkaca-kaca.
"Bukan gitu, dulu aku emang labil. Aku ngerasa kok
perhatian, cinta dan kasih sayang kamu. Emang waktu itu aku ga pernah bilang
kalo kita pacaran, dan aku nggak berani bilang cinta ke kamu. Karena aku nggak
berani berkomitmen."
"Yaitulah egoisnya kamu!"
"Iya... iya aku ngaku salah." Aku memegang tangan
Amel, dan mengecup tangannya. "Tapi waktu kamu ninggalin aku, dan merit
ama cowok lain, aku bener-bener shock dan
kehilangan kamu. Pelariannya, Aku kembali memanjakan diriku dengan narkoba. "
Amel nggak komentar. Tatapan matanya nggak bergeming
menatapku.
"Aku sempat masuk rehabilitasi ketergantungan obat.
Disitulah aku menemukan kesadaran. Aku bangkit, dan aku harus hidup sehat.
Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa lihat aku seperti ini."
"Iya, beda banget. sekarang kamu seger dan makin
ganteng," puji Amel sambil mengumbar senyumnya.
"Udah ah, ga usah ungkit masa lalu, bikin sedih aja.
Oya, anakmu udah berapa?"
"Masih satu, udah 10 tahun. Kamu?" Amel balik
tanya.
"Baru satu, 3 tahun."
"Hmmmm lagi lucu-lucunya tuh."
"Iya, dia yang membuat hidupku jadi lebih
berarti."
"Hey... not only
him. But your wife too," Amel memotong.
Aku cuma mengumbar senyum. "Gimana dengan your husband?"
"Gimana ya? Aku udah 11 tahun merit. Dan tiga tahun
terkhir ini kami lagi dicoba."
"Masih tinggal bareng?"
"Lha iyalah.... Aku kan belum cerai. Sorry udah dulu ya, aku harus pulang,
kasian anakku lagi nggak ada pembantu," Amel berusaha menghindar.
Aku nggak berani menahannya. Kami masuk mobil masing-masing
dan berpisah setelah memasuki pintu tol.
Pertemuan kali ini memang singkat, hanya setengah jam. Tapi
bagiku sangat menyenangkan. Aku selalu mengibaratkan kehadiran Amel, seperti
seteguk air dikala aku berjalan di gurun tandus. Aku kehausan dan lelah. Tapi
dengan seteguk air dari Amel, aku
kembali segar dan mampu melanjutkan perjalanan hidupku.
***