Perjalanan Cinta



Intan mencoba menghabiskan makanannya, tapi tetap aja nggak bisa. Berpasang-pasang mata cowok gondrong yang memperhatikannya, membuat selera makannya ilang.

"Kenapa sih? Kok lu gelisah banget," tanya Sonia sambil mengunyah makanannya.

"Cowok-cowok gondrong itu! Serem banget. Gue jadi takut," jawab Intan. Sebenarnya sejak masuk ke daerah Blok M, dia udah merasakan takut. Tau sendiri kan? Daerah itu banyak cowok gondrongnya. Udah gitu, pake anting lagi. Hiiihhh.. bulu kuduk Intan merinding.

"Alaaah cuek aja lagi! Yang penting nggak gangguin kita."

"Iya sih... Secara langsung emang nggak. Tapi cara mereka memandang? Hiiiihhh.. kayak mau nerkam."

Sonia meminum minumannya. "Ada-ada aja lu." Sonia membersihkan mulutnya dengan tissue. "Yuk cabut!" lanjutnya.

"Lho?! Kok ayamnya nggak dihabisin?" 

"Tadinya sih gue mau nambah. Tapi gak tega ama lu."

"Sorry, ya," Intan memelas.

"Udah, nggak apa-apa. Yuk, ah..!" Sonia segera berdiri.

Intan pun beranjak dari duduknya. Sekilas dia melihat salah seorang cowok gondrong itu mengerdipkan mata kearahnya. Hiiiihhh...! Untung aja nggak lebih lama di sini. Kalo ngga?! pikirnya.

*****

Tanpa sarapan pagi Intan langsung berangkat ke sekolah. Dia terburu-buru. Maklum, tiap hari senin kan ada upacara penaikan bendera merah putih. Jadi dia harus berangkat lebih pagi dari biasanya. Sialnya, semalam dia tidur kemaleman gara-gara keasyikan main sega sama sepupunya. Dah gitu, mobil yang biasa nganterin Intan nggak ada di tempat. Tau kemana?!

"Kamu naik taxi aja, Ntan," bujuk mamanya.

Intan kontan nolak. Masalahnya dia pernah denger cerita kalo ada temannya yang nyaris dibawa kabur sama sopir taxi. Belon lagi kalo ada sopir yang nakal kasih harga seenaknya, atau pake argo kuda. Makasih, deh...! mendingan naik bis kota. Aman!

Intan lantas jalan ke halte.

Baru lima menit Intan nunggu, bisnya udah nongol (sekedar kenangan tahun ini belum ada busway...he..he.. masih jadul ya...). Intan buru-buru cari tempat duduk. Untung aja masih ada bangku kosong, jadi dia nggak perlu cape-cape berdiri.
 
"Maaf Bapak, Ibu, Om dan Tante, serta seluruh penumpang yang berbahagia. Mungkin kehadiran kami mengganggu perjalanan anda. Baiklah, sebagai lagu pembuka saya akan menyanyikan lagu Balonku," ujar pengamen yang baru aja naik ke dalam bis.

Intan cuma melirik ke arah dua pengamen yang berambut gondrong. Dia jadi gelisah, pengen segera turun dari bis. Apalagi kelihatannya pengamen itu nggak sopan dan nyanyinya juga ngawur, menambah keinginnya untuk cepat sampai. Tapi mau apalagi? Lha wong yang nyupir kan bukan dia. Jadi mau ngak mau Intan harus sabar di dalam bis. Plus ngedengerin suara pengamen itu.

Mereka hanya membawakan sebuah lagu, kemudian mengeluarkan kantung bekas permen. Salah seorang dari mereka menyodorkan kantung itu pada para penumpang.

"Apa-apaan, sih?! Kok pake maksa segala. Emangnya ngamen apa nodong?" Penumpang yang duduk di sebelah Intan marah-marah, gara-gara pengamen itu menyodorkan terus kantung padanya.

"Kalo ngak mau ngasih bilang dong maaf! Jangan diem aja kayak orang bisu." Pengamen itu balik marah.

"Eh, jadi lu nantang?!" Penumpang itu tambah emosi.

"Udah.. Udah, Bang...! Gak usah diperpanjang," temen pengamen tadi melerai.

Intan buru-buru mengeluarkan uang recehan. Kemudian memberikannya pada pengamen itu.

"Pengamen kayak gitu jangan dikasih hati. Kurang ajar." Laki-laki yang duduk di sebelah Intan masih mengerutu. Intan nggak berani komentar. Dia benar-benar takut. Bulu kuduknya merinding. Seluruh persendiannya mau copot.

*****

Sonia tertawa mendengarkan cerita Intan.

"Hiiih...! Pokoknya ngeri banget, deh.... Penumpang yang duduk di sebelah gue udah siap-siap mau nonjok pengamen itu. Untung aja temennya misahin. Kalo nggak? Wah... gue nggak bisa ngebayangin gimana tuh jadinya," Intan menceritakannya dengan segala ekspresi.

"Yang penting 'kan pengamennya nggak ganggu lu?!"    

"Iya, sih... Tapi kalo gue nggak ngasih dia, mungkin gue juga bakal senasib dengan cowok di sebelah gue. Hiiihhh!!! Gue makin takut aja ama cowok gondrong."

Sonia tertawa. "Tapi nggak semua cowok gondrong kayak gitu. Masih banyak kok yang baik. Kebetulan aja lu ketemu yang kaya gitu."

"Nggak tau, deh... Tapi emang dari dulu, kok, gue paling nggak suka ama cowok gondrong."

"Trus, kalo ada cowok gondrong yang naksir lu gimana?"

"Sorry, deh. Emang nggak ada cowok lain apa?"

"Meskipun cowok itu ganteng dan baik?"

"Iya! Pokoknya, gondrong no way," jawab Intan mantap.

"Gile bener...!" Sonia geleng-geleng kepala.

"Assalammu'alaikum!" sapa Sonny, kakak Sonia. Dia mebawa beberapa jas. Di belakangnya mas Iphie, asistennya, membawa tas besar berisi pakaian.

"Wa'alaikum salam," jawab Sonia dan Intan bareng.

"Lagi belajar bareng?" tanya Soni ramah.

"Eh, iya," jawab Intan agak gugup. Huuuuh Sonia berengsek banget, nggak ngasih tau kalo kakaknya juga punya rambut gondrong. Jadi 'kan.....

"Oya, kenalin teman Nia," Sonia memperkenalkan Intan pada kakaknya.

Sonny mengulurkan tangan. "Sonny."

"Intan." balas Intan takut-takut.

"Gak usah takut, Ntan. Yang ini udah jinak kok," goda Sonia. Karena dia tau Intan pasti masih trauma sama cowok gondrong.

Intan menyepak kaki Sonia dari belakang (maksudnya, nggak usah buka kartu, dong... kan malu).

"Ih.. apa-apaan sih? Pake nyepak-nyepak segala. Kayak kuda aja," canda Sonia, yang disambut tawa kakaknya.

Intan hanya cemberut nahan malu.

"Yaudah, met belajar lagi. aku istirahat dulu ya..." ujar Sonny.

Intan hanya membalasnya dengan senyuman, meskipun terasa dibuat-buat.

"Kakak lu abis darimana? Bawaannya banyak banget," tanya Intan, setelah Sonny udah nggak keliatan.

"Makanya nonton dong sinetron. Jangan nonton kartun mulu," jawab Sonia.




 

Intan memang jarang nonton sinetron. Soalnya dia orangnya nggak tegaan. Kalo ada adegan sedih, dia pasti ikut-ikutan nangis. Apalagi kalo cerita-cerita action (kayak film-film bule yang banyak diputar di tv), dia pasti langsung masuk kamar. Dia paling nggak berani melihat adegan kekerasan. Makanya dia lebih suka nonton film kartun. Tapi kartunnya yang lucu.

"Jadi kakak lu artis?" tanya Intan polos.



 

"Ya.. gitu deh.."

"O..."


*****

"Intan udah punya cowok belum?" tanya Sonny, setelah untuk yang ke-7 kalinya dia ketemu Intan di rumahnya. Nggak tau kenapa Sonny kok jadi suka sama sohib adiknya itu. Secara, Intan cantik sih. Meskipun masih duduk di kelas 2 SMA, tapi Intan sangat dewasa. Apalagi tubuhnya yang tinggi, pasti orang-orang nyangka kalo Intan anak kuliahan (Kalo jaman sekarang kira-kira mirip Alysa Subandono).

"Kayaknya sih belum. Naksir, ya?" Sonia balik bertanya.

"Hmmm..."Sonny pura-pura mikir. "Kalo iya, gimana?"

"Yang bener?!" tanya Sonia girang. Masalahnya dia pengen banget ngapus kesan yang selama ini melekat di hati Intan tentang cowok gondrong.

"Kamu gak percaya? Liat aja nanti."

"Percaya, kok. Malah Nia akan dukung," jawab Sonia yang sudah menyiapkan berbagai rencana untuk ngebantu kakaknya ngedapetin Intan.

"Hallo! Intan, ya?"

"Iya, siapa, nih?" Intan balik nanya.

"Gue.. Sonia. Oya, hari ini berangkat bareng, ya?"

"Boleh," jawab Intan. Dia nggak tau kalo Sonia diantar kakaknya.

Walhasil di sekolah Intan marah-marah.

"Kok lu gak bilang sih, kalo dianter kakak lu?" Intan sewot.

"Ye... orang gak ditanya. Lagian dia sendiri yang mau nganter. Katanya sih, sekalian mau ketemu sama lu."

"Hm!" Intan pura-pura sinis.

"Suer! Malah pulang sekolah nanti dia janji mau jemput."

"Hah?!!! Intan tekejut.

Sejak mereka sering jalan bertiga (kalo giliran Sonny ngajak jalan berdua, Intan langsung nolak. Ada aja alasannya). Untung aja Sonia tau diri. Kadang-kadang dia sengaja ninggalin mereka berdua. Biar ada kesempatan buat kakaknya lebih dekat sama Intan.


*****

"Aku heran, susah banget dapetin dia." Akhirnya keluar juga keluhan dari Sonny. Padahal, biasanya Sonny malah dikejar-kejar cewek. Tapi kali ini dia kena batunya. Anak ABG itu bikin Sonny penasaran.

"Sabar. Masa baru diuji gitu aja udah nyerah," saran adiknya yang cuma satu-satunya ini.

"Nyerah sih gak. Cuma heran aja. Bayangin! Enam bulan aku dekat sama dia. Aku curahin perhatian dan kasih sayang. Bahkan aku gak segan-segan anter jemput dia. Tapi sedikit pun gak ada respon dari dia."

"Cinta kan membutuhkan pengorbanan, Kak.."   


"Iya sih... Tapi kan aneh kok ya dia gak pernah mau diajak jalan berdua. Paling-paling kalo udah kepepet ditinggal kamu, baru deh mau. Itu pun dia lebih banyak diam. Mungkin dia gak suka kali ya sama aku?"

Sonny gak menjawab. Dia berpikir keras. Tiba-tiba dia inget sesuatu.

"Yes! Ini pasti gara-gara rambut gondrong," ujar Sonia.

"Apa?" tanya Sonny agak terkejut.

"Intan paling takut sama cowok gondrong," Sonia menjelaskan. Kemudian menceritakan semuanya pada Sonny.

"Mungkin juga ya....? Bisa aja dia gak suka denganku lantaran rambut ini." Sonny tersenyum. "Kalo gitu sekarang juga kamu harus nemenin aku ke salon."

"Ngapain?"

"Ya, motong rambut."

"Jadi... rambutnya mau dipotong? Sayang, lagi!"

"Yang penting bisa dapetin Intan. Kepalang tanggung, nyebur seklian," ujar Sonny seray ngeloyor ke grasi mobil, diikuti adiknya yang terheran-heran melihat kenekadan kakaknya.


*****

Sonia dan Intan sedang belajar bareng. Sesekali Sonia melihat kakaknya yang lagi nonton tv. Kelihatan banget kalo kakaknya ini gelisah. Masalahnya dari tadi dia gak ngedenger Intan kasih komentar tentang rambutnya yang udah dipotong pendek (mirip Okan Cornelius). Udah gitu, kayaknya Intan cuek banget.

"Aduh, sebentar ya, gue ke belakang dulu. Sakit perut." Sonia langsung ngacir ke toilet.

"Jangan lama-lama, ya?" Intan gak enak hati ditinggal sendiri.

Sonny melirik adiknya yang terburu-buru ke belakang sambil memegang perutnya. Setelah Sonia ngilang, Sonny segera ngedeketin Intan.

"Masih banyak pe-ernya?" tanya Sonny seraya mengumbar senyum.

"Nggak, udah selsai, kok. Malah udah mau pulang." Intan merapihkan buku-buku pelajarannya.

"Boleh nganter pulang, kan?"
    
Intan hanya menjawabnya dengan senyuman. Manis bangeet.

"Oya, Intan udah liat sinetron kamu. Mainnya bagus," puji Intan.

"Oya?! Sonny sedikit ge-er. Ternyata gadis ini.....

"Intan juga suka sama perannya. Meskipun rambutnya gondrong, agak bandel, tapi hatinya baik. Sayang lgi sama pacar."

"Ceritanya emang bagus. Aku aja suka meraninnya. Apalagi karakter cowok itu sama dengan aku," Sonny sedikit promosi tentang dirinya.

"Intan juga nggak tau kenapa sekarang jadi suka. Padahal dulu Intan paling nggak suka sama cowok gondrong. Tapi setelah nonton sinetron itu, Intan mulai berubah pandangan tentang cowok gondrong. Apalagi setelah kenal kamu. Ternyata kamu baik, perhatian, sayang lagi. Pokoknya beda dengan anggapan Intan, kalo cowok gondrong tuh menyeramkan dan jahat. Sekarang Intan semakin suka sama cowok gondrong," Intan menjelaskan.

"Hah?!" Sonny memegang rambutnya yang sudah dipotong.

"Maksudnya cowok gondrong itu....," Intan mencoba memberanikan diri memandang wajah Sonny. "kakaknya Sonia," lanjut Intan.

"Beneran?" Sonny kegirangan. Dia menggamit tangan gadis cantik itu.

Intan mengangguk sambil mengembangkan senyumnya.

"Ehem! Ehem!" Sonia nongol. "Sorry, Ntan, kelamaan. Habis mules banget."

"Nggak apa-apa," jawab Intan dan Sonny kompak.

"Kayaknya gue nggak bisa nganter lu, deh. Perut gue masih mules," kata Sonia.

"Oh, nggak apa-apa. Kalo bisa malah mules aja tiap hari," canda Sonny.

"Duh... mentang-mentang dah jadian. Gue langsung dilupain deh," Sonia berseloroh.

"Gue pulang dulu, ya?" Intan pamit pada SOnia.

"Hati-hati lho, Ntan. Sekarang doi udah nggak jinak lagi," canda Sonia.

"Emangnya satwa," celetuk Sonny sambil tertawa.

Sonia memperhatikan mereka dengan penuh kebahagiaan. Usahanya untuk menyatukan Intan dengan cowok gondrong (meskipun sekarang udah nggak gondrong lagi) tidak sia-sia. Selamat ya, Ntan. Tapi yang penting, nggak baik kan menilai seseorang dari fisiknya, termasuk rambutnya.....


The blue Page

Anekaa Yes, Edisi ke-20 thn 1999

Related

cerpen bergambar 1370616772909712798

Posting Komentar

  1. saya juga suka buat cerpen,
    tapi slama ini yang baca cuma sbatas tmen2 skolah aja..

    mau gak komen buat cerpen2 saya?
    http://kumpulan-cerpen-aiiu.blogspot.com

    BalasHapus

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item