Ada Cokelat Dibibirmu 2

Lanjutan..........

Jangan marah dong.…
            “Hai-hai ladies! Gue bawa kabar bahagia, nih. Uuh… pasti bikin kalian ngiri bin keki, sampe pengen bunuh diri… hihii!” cerocos Ina kayak petasan.
            Sambil menaruh tas di atas meja, tepat di samping sang ketua majalah sekolah, alias Astrid. Buru-buru Ina ngeluarin kamera digitalnya.
            “Cieeh, yang barusan ketemu idola. Wajahnya senang banget, ” celetuk Nurlela.
“Ah, lu berisik! Liat dong, hasilnya. Nih, gue persembahkan buat si Bencong tersayang,” sambil nunjukkin berbagai macam pose Kevin. Bahkan sampai yang foto narsis Ina duet bareng si bintang sinetron berusia 19 tahun itu.
Hampir 15 menit lamanya, Astrid cuma disodorin foto-foto doang. Sambil pandangan mata menyipit dan ekspresi bosan, Astrid langsung to the point!  “Terus mana artikelnya?!” tanya Astrid.
“Nggak dimakan tikus ‘kan? Nggak digigit anjing ‘kan? Nggak kerendem sama cucian baju lu, kan?” berondong Nurlela, tanpa ampun.
            Ina terdiam sejenak. Entah saat ini pikirannya sedang ada di mana. Yang jelas, di antara serentetan pertanyaan dari Astrid, akhirnya dia sadar, kalau… “Ya ampun… ‘kan kemarin gak sempet interview, ya?!” pikirnya.
            “Jangan bilang lu kelupaan!” Astrid mengancam dengan nada datar.
            “Sebentar, ya, gue tik dulu,” Ina buru-buru ke meja computer, kemudian melakukan searching ke google, mencari berita-berita tentang Kevin.
            “Woi! Kalo cuma searching mah, ngapain kemaren lu ke lokasi shooting-nya?! Buang-buang waktu doing,” teriak Nurlela, sambil ngedumel.
            “Tau! gue dah susah-susah ngubungin, eh malah hasil wawancaranya dari internet  doang,” Astrid ikutan ngomentari.
“Udah.. udah, ulah ribut atuh! (baca : gak usah ribut!)” Maya berusaha menenangkan. “Ntang, hasil wawancaranya saya masukin sekarang, ya?” Maya, yang lagi dikejar deadline mendekati Ina.
“Lu mau masukin apaan? Orang si Kentang baru mau nyari dari internet,” sembur Nurlela.
“Lho? Kumaha atuh, bukannya kemaren ‘teh si Kentang liputan ke lokasi shooting-nya Kevin? Terus buat apalagi nyari di internet? Cepetan atuh, udah deadline nih,”  ujar Maya.
            “Hello?!” Nurlela memainkan tangannya ke wajah Maya. “Si Kentang tuh kemaren cuma foto-foto doang, nggak wawancara. Jadi untuk melengkapi beritanya, dia mau nyari di internet,” lanjut Nurlela.
            “Oh… lumayan atuh, sok fotonya di-download dulu. Biar beritanya nyusul. ‘Kan foto-fotonya update,” kata Maya.
            “Duh, kill me! Kill me! Oneng… Oneng….!” Lu tuh emang pinter. Nih tolong di-download ya. Makasih, sayang.” Ina segera memberikan kamera digitalnya ke Maya.
            Astrid dan Nurlela saling beradu pandang. Semula mereka membiarkan Ina mencari sendiri di internet. Tapi sahabat-sahabatnya itu nggak tega juga ngeliat temannya kesusahan. Akhirnya mereka membantu Ina mencari berita-berita terbaru tentang Kevin.

*****
 Cintamu  bikin  melting!  Twing…

            Akhirnya kelar juga mereka bikin materi sama layout majalah bulanan sekolah mereka. Buat melepas ketegangan, mereka refreshing di tempat ice skating.
            Meskipun mereka nggak ada yang bisa main ice skating, mereka tetap semangat buat mencoba. Nurlela yang style-nya tomboy, dan biasanya selalu strong, malah pontang panting nggak karuan, di atas lantai es. Astrid pun harus terpaksa berjalan perlahan, sambil memegang besi pembatas yang melingkar di dalam arena.
            Sedangkan Ina dan Maya, berjalan sambil berpegangan tangan. Meskipun harus menyeimbangkan badannya dengan pijakkan sepatu yang cuma segaris, toh mereka tetap pede walking through the ice, sambil tetep, foto-foto, dong!
            Ina mengarahkan kameranya ke arah Maya yang lagi masang pose andalannya. Lagi asyik-asyiknya Ina ngambil gambar, tiba-tiba melintas sosok yang nggak asing di kepala Ina. Yah, Kevin baru masuk dan bermain ice skating dengan lincah. Cowok itu meliuk-liukkan badannya, sambil berlari-larian di atas hamparan es yang luas dan dingin.
            Maya yang dari tadi berpose, kecapean karena Ina gak juga ngambil gambarnya.
            “Ntang, cape nih… Lu liat apaan, sih?” Maya masih tetap berpose sok manis, di antara para pengunjung.
            “Kevin,” Ina memberitahu. “Yuk,” ajak Ina seraya mencoba berjalan dan mengejar Kevin. Saking semangatnya, Ina mampu berjalan lebih cepat, dan nyaris berlari.
            Kevin sudah berhasil mengitari arena ice skating yang berbentuk lingkaran itu, lebih dari tiga kali. Ina juga semakin bersemangat. Sayang, pas sampai di tengah, Ina kehilangan keseimbangan dan terjatuh, Ina nyaris menabrak Kevin. Untungnya Kevin berhasil menghindar.
Kevin mendekat dan berusaha membantu Ina. “Mmm, yang kemaren di bibirnya ada cokelat, ya?” Kevin mengulurkan tangan, membantu Ina berdiri.
“Eh, iya… Ina.” Ina mengingatkan. Dia berusaha berdiri. Karena es yang licin dan tidak terbiasa dengan sepatu ice skating, bikin Ina kesulitan berdiri.
Kevin mengulurkan satu lagi tangannya. Ina berusaha berdiri sambil memegang kedua tangan Kevin. Setelah Ina hampir berdiri, ternyata sepatunya terpeleset lagi. BUZz! Ina dan Kevin terjatuh. Kevin berusaha mengendalikan keseimbangannya. Dia berusaha menahan pinggang Ina agar tidak terbentur es. Karena kesulitan menahan Ina, akhirnya Kevin terjatuh juga. Tapi untung banget, karena Ina jatuhnya pas di tubuh Kevin, yang lebih dulu mendarat di lantai es, disusul Ina.
Teman-teman Ina berusaha menolong. Tapi bisa apa? Orang mereka sendiri juga sulit berjalan. Hihii, untunglah Kevin sudah sering main ice skating, jadi dia nggak kesulitan buat berdiri, kemudian kembali membantu Ina berdiri.
“Omigosh! Dada gue serasa berhenti berdetak, pas gua jatuh di atas dadanya Kevin. Udara yang dingin dan tubuh gue yang tadinya menggigil, langsung terasa hangat.  Gue nggak bakal mandi seminggu nih, biar aroma badannya tetep kecium,”  cerita Ina setelah mereka selesai main ice skating, di dalam ruang ganti.
“Iya, lu enak, kita-kita nih kewalahan. Mana dingin, badan pada sakit semua, lagi,”  Nurlela ngedumel.
“Lagian, siapa juga yang ngajak main ice skating,” Ina nyoba ngeles..
“Tapi akhirnya lu juga yang happy ending ‘kan?” Astrid nimpalin.
“Tapi beneran asyik kok, lain kali kita main lagi, ya?” ujar Maya, sambil melepas sepatunya.
Ina dan genknya keluar ruang ganti dan bergegas menyerahkan sepatu ketempat pengembalian sepatu.
Setelah keluar dari pintu masuk, Ina masih sempat melihat Kevin yang masih asyik main ice skating. Sebenarnya Ina juga masih mau berlama-lama di tempat itu, tapi nggak enak sama teman-temannya. Apalagi Maya sudah ditelponin terus sama Mamanya, disuruh pulang.
“Woi! Jalan jangan bengong! Nabrak orang baru tau!” Nurlela membuyarkan pikiran Ina.
Ina jadi nggak enak hati. “Apaan sih? Gue cuma lagi mikirin si Onenk, kayaknya lagi ada masalah deh,” Ina berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Alaaah, kayak abang bajaj aja, ngeles mulu. Orang si Onenk baik-baik aja kok,” Astrid komentar.
Maya cuma senyum-senyum.
Ina jadi salting, memang kelihatan banget Ina sekarang sering banyak bengong, gara-gara falling in love with the artist kali ye…..

to be comtinue

*****

Related

cerpen bergambar 917977450248644724

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item