KISAH CINTAKU (Selingkuh Itu Indah?) bag 2
http://cerpensugoy.blogspot.com/2013/06/kisah-cintaku-selingkuh-itu-indah-bag-2.html
Papa
- Mama
Sejak pertemuan itu aku dan Amel masih intenst
berkomunikasi. Melalui blackberry
messanger atau pun telepon langsung. Dan aku kaget banget waktu Amel
memanggil aku.... "Ga apa-apa ya, Pah.. mulai sekarang aku panggil kamu
Papa?"
Sebenarnya aku risih banget. karena dengan istriku sendiri
aja aku nggak pernah memanggil sebutan papa - mama (kayak LHI dengan Darin.
heheheheh - Sorry, intermezo). Tapi
aku coba membiasakan diri, dan ternyata kok berkesan, dan aku semakin suka
dengan panggilan Papa-Mama.
"Udah Lunch,
Pa?" bbm dari Amel.
"Nih lagi pesen, Ma. Mama udah lunch?" balasku.
Kami saling memperhatikan dan sering curhat tentang pasangan
masing-masing.
Amel curhat tentang suaminya yang kurang perhatian dan
banyaknya perbedaan-perbedaan yang membuat Amel sebel.
Amel berusaha mempertahankan rumah tangganya demi anaknya.
Aku juga curhat, yang ternyata problem yang sedang dialami
Amel, sama seperti yang aku alami. Bedanya Amel sudah berumah tangga lebih dari
11 tahun, sedangkan aku baru 4 tahun.
Seringnya aku dan Amel berkomunikasi, membuat perasaan kami
semakin dekat. Cinta dan kasih sayang yang sempat putus belasan tahun lalu
kembali bersemi.
"Ma, aku nggak mau kehilangan kamu lagi," ungkapku
saat pertemuan kedua.
"Aku juga, Pa," jawab Amel sambil memelukku.
"Ma, kita nikah yuk," ajakku.
Amel melepaskan pelukkannya.
"Gimana bisa, Pa. Kita kan masih punya pasangan resmi.
Aku masih ada suami, kamu juga masih ada istri," ujar Amel.
"Kita nikah siri," jawabku spontan.
"Ngaco. Mana bisa, Pa."
"Bisa, Ma. Yang penting kita syah secara agama."
"Nggak mungkin, Pa. Papa ada-ada aja nih."
"Aku mencintaimu, Ma. Aku nggak mau kehilangan kamu
lagi."
"Aku juga, Pa. Tapi bukan harus dengan nikah
siri."
Aku tertunduk lesu mendengar penolakan Amel.
"Yakin deh, Pa. Kalo jodoh nggak bakal kemana. Kita
jalanin aja seperti air mengalir. Toh kita masih bisa berhubungan 'kan?"
"Iya, Ma." Aku coba mengerti. Kami saling
berpandangan. Sorot matanya yang indah menyejukkan hatiku. Perlahan namun pasti
bibir kami saling bertemu. Kami saling berciuman meluapkan rasa cinta kami.
***
"Jangan
Marah, Pa.."
Tiga hari terakhir ini aku merasakan ada yang aneh dengan
Amel. Nggak seperti biasanya, dia terasa dingin, dan mulai jarang menghubungi
atau menyapaku lewat bbm.
"Jujur ya, Ma.... Mama kenapa sih? kok sering
menghindar dan nggak pernah bbm
lagi?" tanyaku di telepon.
"Lagi sibuk, Pa.... Lagi banyak kerjaan. 'Kan mau
diaudit," jelas Amel.
"Gitu, ya? Yaudah moga lancar ya, Ma...."
Feeling-ku ngerasa
Amel bohong. Biasanya sesibuk apa pun, dia selalu menyempatkan bbm aku, meskipun cuma bbm "moning, Pa", atau "Jaga
kesehatan ya, Pa.... Makan yang banyak".
Sudah tiga hari terakhir ini selalu aku yang memulai bbm atau telepon. Dan jawabannya pun
singkat, "sudah", "Ok", atau "sori lagi sibuk".
Berbagai pertanyaan berseliweran di pikiranku. Aku nggak
berani menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi sama Amel. Atau ada
perkataanku yang salah?
***